35 Hari - Kuliah Kerja Nyata

By Wiradhini - November 26, 2015



Tiga puluh lima hari bukanlah waktu yang sebentar. Selama itu pula saya bersama 9 teman lainnya dari berbagai jurusan mengabdi bersama-sama di sebuah desa yang dimana pekerjaan utamanya adalah bertani. Jadi tak heran saya hidup di daerah dengan bantaran sawah yang sangat luas, sawah yang jarang ditemui di kota-kota.

Dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN), yang wajib diikuti oleh mahasiswa ini, kami bersama-sama membuat program kerja sesuai bidang kami. Saat itu saya membuat program kerja dalam bidang pendidikan bersama satu teman saya. Mulai dari kelompok belajar, belajar bahasa inggris, belajar mengaji, hingga sosialisasi pentingnya wajib belajar, kami lakoni dan saat itulah kami berdramaturgi tidak hanya menjadi seorang guru namun juga sebagai teman mereka yang mennyemangati mereka untuk terus belajar.



Desa Kertayasa, disitulah kami mengabdi. Banyak pelajaran kehidupan yang kami dapat. Pelajaran hidup yang tidak pernah kami alami sebelumnya. Sawah yang luas, air sungai yang deras, pohon bambu yang masih sering dijumpai, serta suara jangkrik yang terdengar setiap malam membuat pikiran kami begitu damai. Begitu jauh dari kehidupan di kota.

Masyarakat setempat begitu ramah dan masih menjunjung tata krama serta sopan santun. Mereka begitu antusias dan berharap lebih kepada kami yang datang dari kota untuk memberikan sedikit ilmu yang kami peroleh dari kampus baik kesehatan, pendidikan, lingkungan maupun ekonomi.


Masih teringat jelas senyum anak-anak kecil yang setiap hari mengajak kami untuk bermain bersama di sawah. Sore itu tepatnya, kami bersama mereka menyusuri sawah yang amat luas. Menikmati angin sepoi-sepoi serta udara yang masih sejuk. Gemricik air yang terdengar membuat pikiran kami lebih segar dan mampu menghilangkan rasa lelah.

Tidak hanya anak-anak kecil saja, para orangtua serta pemuda desa juga menyambut kami dengan hangat. Kami tidak dianggap sebagai orang asing lagi. Kami sudah dianggap sebagai bagian dari keluarga besar dan warga mereka. Kami berpartisipasi dalam kegiatan rutin mereka, terjun langsung dalam rapat baik rapat RT maupun rapat dengan perkumpulan petani. Hampir setiap malam kami duduk bersama dengan warga berbicara dalam segala bidang.


Berbaur dengan masyarakat desa sangat berbeda jika dibandingkan dengan masayarakat kota. Kami berbaur dan berbincang sehingga seolah-olah tidak ada sekat bahwa kami adalah seorang mahasiswa, yang kebanyakan dianggap mereka adalah golongan terpelajar dengan mereka yang dominan dengan pekerjaannya seperti bertani, beternak, dan berusaha kecil-kecilan. Mereka sudah seperti keluarga kedua kami.

Berat sekali untuk kembali ke kota dan meninggalkan masyarakat desa setempat yang sangat ramah serta alam yang begitu menenangkan jiwa. Tapi apadaya waktu kami sudah habis dan kami harus kembali menjalani rutinitas untuk melaksanakan kewajiban kami lagi sebagai mahasiswa. Bagaimanapun saya tak akan lupa akan hal itu. Terima kasih pelajaran hidupnya selama 35 hari.


  • Share:

You Might Also Like

0 komentar